Senin, 14 Maret 2011

Dare to be Different



Beberapa waktu lalu, Kak Icha dibelikan sepeda sama Papah dan setelahnya sudah bisa dipastikan hampir setiap hari Kak Icha main sepeda terus mulai pagi sampai sore.

Si Nenek kemarin cerita kalau Kak Icha pergi mengaji naik sepeda, pakai jilbab yang menyerupai kupu-kupu dan pakai kacamata hitam. Hahaha..... asli deh, Mamah membayangkannya saja sudah tertawa geli. Tapi, soal keberanian untuk berbeda, Kak Icha patut diacungi jempol. Bukan cuma saat ini tapi sejak dulu memang sudah berani tampil beda.

Mamah masih ingat waktu TK dulu Kak Icha pernah pakai anting sebelah. Kalau antingnya kecil gak keliatan mungkin tidak masalah, tapi ini anting bulat seperti gelang loh. Katanya keren kalo pakai anting sebelah begitu. Mamah sih tidak melarang. Cuma Bu Guru-nya jadi komplain ke Mamah.   Malah Kak Icha pernah pakai kaus kaki masing-masing lain warnanya. Alasannya? yaa.... lagi model katanya. .  Bando Kak Icha semua rata-rata warnanya merah jambu yang mencolok, karena memang itu warna kesukaannya dan beberapa ada bulu-bulunya. Bahkan Tante-tantenya sangsi kalau Kak Icha berani ke sekolah memakai bando tersebut. Dan pastinya mereka salah, Kak Icha gitu loh.

Ya, begitu deh. Banyak cerita tentang Kak Icha yang membuat Mamah selalu tersenyum.

Senin, 07 Maret 2011

Salah Bicara dan Celetukan si Jaja




Kemarin, saat Abang Jaja menghadiri acara ulang tahun Rizky, teman sekolahnya di TK Islam Bakti I, Mamah ngobrol dengan Ibu Ilah, Guru TK-nya yang datang karena memang juga diundang.

Bu Illah    : "Mamahnya Jaja, kemarin itu saya sempat salah ucap loh sama Jaja."
Mamah    : "Salah ucap bagaimana Bu Illah?" (Mamah agak kaget juga, gak ngerti soalnya)
Bu Illah    : "Kemarin Jaja dan temannya Azriel berkompetisi. Yang lebih dulu selesai boleh
                  pulang dan salim tangan Bu Guru. Lalu, Jaja bilang asyik saya duluan.
                  tapi si Azriel bilang dia duluan. Rebutan. Jaja agak sedikit keras mengatakan
                  bahwa yang kecil duluan, yang besar belakangan (Azriel badannya memang agak
                  besar dan gemuk). Akhirnya saya bilang supaya jangan ribut. Gantian saja
                  antara Jaja dan Azriel. Dua-duanya duluan. Soalnya tangan Bu Illah cuma satu."
Mamah    : "Terus bagaimana?"
Bu Illah    : "Si Jaja langsung nengok ke saya dan mengatakan memangnya tangan Bu Illah
                  yang satunya lagi kemana? hilang?  Saya langsung sadar dan minta maaf ke
                  Jaja kalau saya salah ucap. maksudnya tangan yang dipakai untuk salim kan
                  cuma tangan kanan saja. Eeh... si Jaja malah ngeledekin saya loh,
                  Mamahnya Jaja!"
Mamah    : (tersenyum) "ngeledekin bagaimana Bu Illah?"
                  Sepertinya Mamah sudah mulai sedikit mengerti tentang keusilan Jaja.
Bu Illah    : "Iya, pas mau pulang sekolah, Si Jaja nyeletukin saya. Bu Illah tangan yang
                 satunya lagi sudah ketemu blom?" hahaha (Bu Illah ketawa geli)
Mamah    : (ngakak) "hahahahaha........."

Ampun deh si Jaja, koq ya Gurunya sendiri diusilin gitu sih

Kalau Belum Bisa Bicara Jangan Nelfon




Soal angkat dan menjawab telfon rumah, Kak Icha dan Abang Jaja sudah pintar. Karena Nenek itu pendengarannya sudah mulai berkurang, kadang suara telfon pun tidak terdengar. Kak Icha dan Abang Jaja yang dengan senang hati mengangkat telfon, menanyakan ingin bicara dengan siapa dan memberikan telfon itu ke orang rumah yang dituju.

Ada kejadian lucu perihal telfon menelfon ini. Mamah diceritain sama Nenek dan Mamah Gemi, Adeknya Mamah.

kring.....kring...kring....

Abang Jaja        : (mengangkat telfon) "halooo.... ini siapa ya?"
Penelfon           : (diam)
Abang Jaja        : "haloo..... haloooo.... siapa sih yang nelfon?"
Penelfon           : (tetap diam)

Abang Jaja langsung menutup telfon itu dan kebetulan Mamah Gemi bertanya:

Mamah Gemi     : "siapa yang nelfon Bang?"
Abang Jaja        : "gak tau tuh."
Mamah Gemi     : "kok gak tau sih?"
Abang Jaja        : " iya, kayaknya yang nelfon belum bisa bicara deh. Kalau belum bisa bicara
                            ya jangan nelfon dong!"

Hahahaha......... Mamah langsung tertawa mendengar cerita ini. Pelajaran yang diambil ini sebaiknya kalau menelfon ya bicara, siapapun penerima telfon itu ya bicara, jangan sampai dianggap belum bisa bicara seperti bayi