Rabu, 05 Desember 2012

Bidadari Turun Dari Surga


Kemarin, karena Mamah ngajarnya sore dan malem, pergi ke kantor agak siangan. Bertemu Kak Icha yang pulang sekolah dengan wajah yang bersemu merah, Mamah jadi bertanya-tanya.

Mamah : "Kak Icha kenapa?"
Icha      : (mukanya malu-malu) gak kenapa-kenapa koq Mah!"
Mamah : "Ya sudah kalau gak kenapa-kenapa."

Lama terdiam, Mamah sibuk bikin kue dan Kak Icha berganti baju, tiba-tiba Kak Icha mendekati Mamah.

Icha      : "Mah, tadi Icha diledekin temen-temen."
Mamah : "Kenapa? Koq bisa diledekin?"
Icha      : "Tadi temen Icha, si Pandu bilang kalo Pandu suka sama Icha. Pandu bilang Icha cantik kayak bidadari yang turun dari surga. Temen-temen Icha pada denger dan ngeledekin. Mereka pada bilang ciee.....ciee...."
Mamah : "Hahahaha........ (dasar aneh, malah ngetawain anaknya yang lagi curhat).
Icha      : "Iiih Mamah koq ketawa sih, males banget deh ngomong sama Mamah."
Mamah : (Mamah malah nyanyi Bidadari turun dari surga dari Coboy Junior).
Icha      : "Iiih Mamaaaaah, nyebelin deh!"
Mamah : (Sambil nyubit pipi Kak Icha) "Anak Mamah memang cantik seperti bidadari."
Icha      : "Pokoknya janji ya Mah, jangan kasih tau siapa-siapa. Pokoknya Icha gak mau Papah tau!"
Mamah : "Gak mau aah, gak mau janji. Itu kan Papah Icha, harus tau dong semua tentang Kakak!."
Icha      : "Emang malesin ngomong sama Mamah aaah........ (ngeloyor pergi dan Mamah masih senyam-senyum sendirian mikirin anak perempuannya yang baru kelas III SD sudah disukai oleh teman laki-lakinya)

Dan malemnya Icha hebooh marah-marah sama Mamah karena bukan cuma Papah saja yang tau tapi juga Tante Uno dan Tante Titi. Hahaha......... lucu banget sih anak Mamah. Si Papah hanya tersenyum memeluk Kak Icha dan mengatakan anak Papah ternyata sudah gadis sekarang :-)

Kamis, 01 Maret 2012

Pujian untuk Maskapai Garuda Indonesia

 


Dari yang pernah didengar atau dibaca, keluhan terhadap pelayanan maskapai penerbangan di Indonesia memang luar biasa banyak. Bahkan disalah satu harian umum ternama di Indonesia pernah menyajikan satu halaman penuh surat pembaca yang isinya kecaman dan hujatan terhadap hampir seluruh maskapi penerbangan di Indonesia. Mulai dari keterlambatan, bagasi hilang, sampai soal refund tiket yang tidak terpakai.

Hhmm...... kalau dipikir-pikir saya memang pernah naik Garuda bolak-balik ke Jepun waktu menemani suami yang kuliah disana, gak tanggung-tanggung 6x naiknya karena saban tahun pulkam mulu. Naik Lion-Air ke Bali waktu penelitian kampus, naik Garuda waktu pergi ke Batam dan pulangnya pakai Batavia-air, dan kemarin saya naik Air Asia pas liburan keluarga (norak banget ya pake dilaporin semuanya, hahahaha........). Tapi, so far saya tidak terlalu mengeluhkan apapun karena semua baik-baik saja. Pelayanan kepada penumpang baik dan soal keterlambatan, saya tidak terlalu mempermasalahkan, karena rata-rata kepergian saya dengan menggunakan pesawat ini bukan untuk urusan pekerjaan yang mengharuskan ketepatan waktu. Jadi, dibawa santai saja.

Nah, yang ingin saya sampaikan, justru adalah ketika saya mendapatkan banyak bantuan dari pihak maskapai penerbangan ini. Dan buat saya ini luar biasa.

Ketika saya ingin kembali ke pelukan suami di Kyoto setelah menyelesaikan tesis saya, saya menggunakan maskapai Garuda untuk penerbangannya. Pilihan maskapai ini lebih dikarenakan harga Garuda yang lebih murah daripada JAL, Dan ternyata saya tidak salah pilih. Pelayanan terhadap penumpang luar biasa baik. Saat itu, setiap ke Bandara, saya selalu berangkat jauh lebih awal untuk menghindari 'ditinggal pesawat'. Pesawat berangkat jam 8 malam, maka saya berangkat dari rumah sekitar jam 3 sore, dengan asumsi perjalanan dari Bekasi ke Bandara memakan waktu 2 jam, dan ada waktu menunggu yang cukup lama untuk check-in. Ternyata gak disangka, pernah suatu ketika saat ke sana, jalan tol menuju Bandara macet total karena sebagian ditutup karena perbaikan plus amuk masa. Whoaaa..... bayangin, saya di tol selama 5 jam dan baru sampai di Bandara SoeTa jam 9 malam. Sudah pasti saya ketinggalan pesawat.

Dalam keadaan terlambat saya lapor ke salah satu pramugari darat dan mereka mengatakan bahwa itu kesalahan saya dan tiket tidak dapat dikembalikan. Saya marah dan tidak puas dan saya ingin bertemu dengan Manajer on duty. Dan luar biasa, Bapak Manajer itu mengakui bahwa kemacetan di tol memang tidak diperkirakan sampai sepanjang dan selama itu. Dengan cepat Bapak Manajer itu mengatur penerbangan saya ke Kansai. Tidak sampai setengah jam saya sudah mendapat tiket baru, menuju Bali karena pesawat ke Kansai, Jepun itu memang transit untuk ambil penumpang di Denpasar, Bali. Urusan bagasi, pajak, semua dikerjakan oleh para pramugara/i darat. Saya lalu naik mobil van garuda langsung diberangkatkan menuju pesawat Garuda yang transit di SoeTa dari China menuju Bali. Dengan baik hati pula, pramugari di pesawatnya menempatkan saya di tempat duduk yang nyaman bersama anak-anak saya padahal saat itu pesawat sudah penuh. Luar biasa. Sampai di Bali, saya ketakutan akan ditinggal pesawat menuju Kansai. Tapi ternyata tidak, pesawat sengaja didelay sampai akhirnya saya tiba dan setelahnya baru diberangkatkan. Sekali lagi, luar biasa.

Tidak hanya itu, saat pulang back for good, barang bawaan saya overloaded tapi masih dalam batas yang ditetapkan pihak maskapai. Saya sudah menduga kalau barang2 yang saya impor dari Jepun itu akan merusak koper saya yang terbuat dari serat kain campur plastik. Dan benar ternyata, saat turun di Jakarta, nama saya dipanggil oleh pihak Garuda ke bagian klaim bagasi. Koper saya robek besar. Mereka meminta saya untuk mengisi form klaim. Koper rusak itu tetap saya bawa pulang. Saya cek di rumah dan ternyata tidak ada satu barang pun yang hilang, padahal didalamnya ada komputer kesayangan saya. Besok pagi sekitar jam 8, ada kurir dari Garuda yang datang ke rumah untuk mengambil koper rusak itu. Whoaa.... cepat sekali pelayanannya. Kurir itu bilang perbaikan koper memakan waktu tiga hari. Dan, sekali lagi benar, koper saya kembali dalam keadaan baru tiga hari kemudian. Luar biasa.

Hhmm........ saya jadi teringat akan materi analisa sistem politik yang saja ajarkan kepada mahasiswa saya minggu ini. Bahwa input dalam sebuah sistem tidak hanya membutuhkan tuntutan saja untuk tetap hidup tetapi juga dukungan. Dukungan seperti halnya pujian adalah energi luar biasa bagi sebuah sistem untuk bekerja. Terima kasih Garuda dengan segala pelayanan yang diberikan. Saya yakin ini akan menjadi energi bagi anda untuk lebih memajukan pelayanan terhadap konsumen.

Senin, 14 Maret 2011

Dare to be Different



Beberapa waktu lalu, Kak Icha dibelikan sepeda sama Papah dan setelahnya sudah bisa dipastikan hampir setiap hari Kak Icha main sepeda terus mulai pagi sampai sore.

Si Nenek kemarin cerita kalau Kak Icha pergi mengaji naik sepeda, pakai jilbab yang menyerupai kupu-kupu dan pakai kacamata hitam. Hahaha..... asli deh, Mamah membayangkannya saja sudah tertawa geli. Tapi, soal keberanian untuk berbeda, Kak Icha patut diacungi jempol. Bukan cuma saat ini tapi sejak dulu memang sudah berani tampil beda.

Mamah masih ingat waktu TK dulu Kak Icha pernah pakai anting sebelah. Kalau antingnya kecil gak keliatan mungkin tidak masalah, tapi ini anting bulat seperti gelang loh. Katanya keren kalo pakai anting sebelah begitu. Mamah sih tidak melarang. Cuma Bu Guru-nya jadi komplain ke Mamah.   Malah Kak Icha pernah pakai kaus kaki masing-masing lain warnanya. Alasannya? yaa.... lagi model katanya. .  Bando Kak Icha semua rata-rata warnanya merah jambu yang mencolok, karena memang itu warna kesukaannya dan beberapa ada bulu-bulunya. Bahkan Tante-tantenya sangsi kalau Kak Icha berani ke sekolah memakai bando tersebut. Dan pastinya mereka salah, Kak Icha gitu loh.

Ya, begitu deh. Banyak cerita tentang Kak Icha yang membuat Mamah selalu tersenyum.

Senin, 07 Maret 2011

Salah Bicara dan Celetukan si Jaja




Kemarin, saat Abang Jaja menghadiri acara ulang tahun Rizky, teman sekolahnya di TK Islam Bakti I, Mamah ngobrol dengan Ibu Ilah, Guru TK-nya yang datang karena memang juga diundang.

Bu Illah    : "Mamahnya Jaja, kemarin itu saya sempat salah ucap loh sama Jaja."
Mamah    : "Salah ucap bagaimana Bu Illah?" (Mamah agak kaget juga, gak ngerti soalnya)
Bu Illah    : "Kemarin Jaja dan temannya Azriel berkompetisi. Yang lebih dulu selesai boleh
                  pulang dan salim tangan Bu Guru. Lalu, Jaja bilang asyik saya duluan.
                  tapi si Azriel bilang dia duluan. Rebutan. Jaja agak sedikit keras mengatakan
                  bahwa yang kecil duluan, yang besar belakangan (Azriel badannya memang agak
                  besar dan gemuk). Akhirnya saya bilang supaya jangan ribut. Gantian saja
                  antara Jaja dan Azriel. Dua-duanya duluan. Soalnya tangan Bu Illah cuma satu."
Mamah    : "Terus bagaimana?"
Bu Illah    : "Si Jaja langsung nengok ke saya dan mengatakan memangnya tangan Bu Illah
                  yang satunya lagi kemana? hilang?  Saya langsung sadar dan minta maaf ke
                  Jaja kalau saya salah ucap. maksudnya tangan yang dipakai untuk salim kan
                  cuma tangan kanan saja. Eeh... si Jaja malah ngeledekin saya loh,
                  Mamahnya Jaja!"
Mamah    : (tersenyum) "ngeledekin bagaimana Bu Illah?"
                  Sepertinya Mamah sudah mulai sedikit mengerti tentang keusilan Jaja.
Bu Illah    : "Iya, pas mau pulang sekolah, Si Jaja nyeletukin saya. Bu Illah tangan yang
                 satunya lagi sudah ketemu blom?" hahaha (Bu Illah ketawa geli)
Mamah    : (ngakak) "hahahahaha........."

Ampun deh si Jaja, koq ya Gurunya sendiri diusilin gitu sih

Kalau Belum Bisa Bicara Jangan Nelfon




Soal angkat dan menjawab telfon rumah, Kak Icha dan Abang Jaja sudah pintar. Karena Nenek itu pendengarannya sudah mulai berkurang, kadang suara telfon pun tidak terdengar. Kak Icha dan Abang Jaja yang dengan senang hati mengangkat telfon, menanyakan ingin bicara dengan siapa dan memberikan telfon itu ke orang rumah yang dituju.

Ada kejadian lucu perihal telfon menelfon ini. Mamah diceritain sama Nenek dan Mamah Gemi, Adeknya Mamah.

kring.....kring...kring....

Abang Jaja        : (mengangkat telfon) "halooo.... ini siapa ya?"
Penelfon           : (diam)
Abang Jaja        : "haloo..... haloooo.... siapa sih yang nelfon?"
Penelfon           : (tetap diam)

Abang Jaja langsung menutup telfon itu dan kebetulan Mamah Gemi bertanya:

Mamah Gemi     : "siapa yang nelfon Bang?"
Abang Jaja        : "gak tau tuh."
Mamah Gemi     : "kok gak tau sih?"
Abang Jaja        : " iya, kayaknya yang nelfon belum bisa bicara deh. Kalau belum bisa bicara
                            ya jangan nelfon dong!"

Hahahaha......... Mamah langsung tertawa mendengar cerita ini. Pelajaran yang diambil ini sebaiknya kalau menelfon ya bicara, siapapun penerima telfon itu ya bicara, jangan sampai dianggap belum bisa bicara seperti bayi

Senin, 14 Februari 2011

100 Juta



 
Saat santai bersama keluarga, tiba-tiba Kak Icha berkata ........

Kak Icha   : "Mah, nanti Mamah pinjamin uang ke Kak Icha seratus juta yah?"
Mamah     : (bengong) hhh... apa Kak?
Kak Icha   : "Iya, nanti kalau Mamah pinjamin Kak Icha seratus juta, kita jalan-jalan."

tiba-tiba Abang Jaja ikutan nimbrung dengan nada agak sewot:

Jaja          : "jangan Kak Icha, nanti kalau diambil seratus juta, uang Mamah habis.
                  Pokoknya gak boleh."
Kak Icha   : "gak apa-apa kali Ja, nanti kan Mamah cari duit lagi."
Jaja          : "pokoknya gak boleh, Kak Icha nakal..... (marah-marah)

Dan semua yang ada diruang keluarga, Mamah, Papah, Aek, Nenek, Tante Nopi, Tante Titi dan Tante Lia yang bengong mendengarkan percakapan itu langsung pecah tawanya. Whuahaha....... ampun deh anak sekarang, mainannya seratus juta. Tau dari mana mereka nominal sebesar itu, padahal dulu Mamah sekecil mereka mainannya cuma limapuluh atau seratus perak saja.  Oh gosh..... bayangkan dengan seratus juta itu, kira-kira Kak Icha mau ajak Mamah jalan-jalan kemana yah??? 

Rabu, 08 Desember 2010

Mencari Uang


Sebelum berangkat kerja tadi pagi, Mamah menyempatkan diri untuk menemani Icha belajar menjelang Ujian Akhir Semester ini. Kak Icha belajar mengulang pelajaran di LKS yang diberikan sekolah. Karena LKSnya sudah penuh terisi, Mamah sengaja menyalin ulang soal-soal LKS di buku tulis kosong untuk Kak Icha belajar. Hampir semua soal Kak Icha lumayan bisa, tapi ada satu soal yang bikin Mamah lucu dan miris.

Pekerjaan Ibu adalah .......
a. Mengurus rumah
b. Mencari uang
c. Mencuci sepatu

dan Kak Icha menjawab b. Mencari uang.  Ketika Mamah mengatakan itu kurang benar dan yang lebih benar adalah a. Mengurus rumah, Kak Icha langsung protes. "iiih itu benar Mah. Mamah Icha kan pekerjaannya mencari uang. Kan Mamah yang bilang sendiri kalau Mamah kerja untuk cari uang buat Icha dan Jaja."

Ternyata Kak Icha menjawab persis seperti jawaban yang Mamah berikan kepada anak-anak ketika mereka bertanya kenapa Mamah harus bekerja. Hhmm... anak pintar yang membuat Mamah diam seribu kata.