Rabu, 09 Desember 2009

Nenek Lusa (Rusa-red)




Setelah beberapa hari di Jogjakarta, Kak Icha dan Abang Jaja sepertinya sudah kangen dengan rumah neneknya di Bekasi yang memang merupakan tempat tinggal kami sehari-hari untuk sementara ini. Beberapa kali menanyakan kapan ke rumah nenek lagi dan kangen sama mainan-mainan mereka disana.

Nah, ketika menjelang mo pulang dari Jogja dan terlihat Kak Icha sudah kangen, Papah terlibat pembicaraan dengan Kak Icha yang sangat lucu.

Papah      : " Nanti kita ke rumah neneknya lusa yah!"
Kak Icha  : (kaget dan heran) " koq nenek lusa (rusa) sih Pah? nenek Icha, Papah lupa yah?"
Papah     : ketawa geli ...... "Iya sayang... maksud Papah kita ketemu nenek Icha itu lusa."
Kak Icha  : "bukan lusa (rusa) Pah, tapi nenek Icha." (masih tetep dengan muka heran)

Hahahaha..... Papah dan Mamah ketawa geli karena Icha ternyata belum mengerti artinya "lusa". Kak Icha mengira lusa yang dimaksud itu adalah rusa, nama hewan yang memang kalo diucapkan Kak Icha yang masih cadel dengan sebutan "lusa". Hahahaha.......
Anak kecil koq yah lucu banget gitu sih, Mamah jadi nyengir sendiri pas inget ini.

Sekolah di Hutan




Waktu jalan-jalan ke Jogjakarta kemarin, Papah mengajak Mamah dan anak-anak bernostalgia di Kampus tercintanya, Fahutan UGM. Kampusnya masih asri, unik dan terkesan jadul apalagi terletak di belakang hutan kecil yang penuh dengan suara-suara hewan.

Kak Icha dan Jaja senang sekali main di Fahutan dan lapangan Rektorat UGM yang memang berdekatan. Foto-foto, makan cemilan, dan menikmati angin sore yang sejuk. Suasananya cozy dan atmosfer akademiknya terasa sekali, membuat nyaman.

Sampai saat Papah ikut konferensi di UGM, Mamah, Kak Icha dan Jaja tinggal di hotel saja dan terlibat percakapan yang membuat geli dan menggelitik hati.

Kak Icha   : "Mah, Papah kemana? Icha bangun koq Papah gak ada?"
Mamah     : "Papah kan lagi sekolah"
Kak Icha   : "Papah kan sekolahnya di Jepang Mah, memangnya Papah udah pulang ke Jepang?"
Mamah     : "Belum pulang ke Jepang. Tapi, Papah ada acara di sekolah Papah dulu, yang dekat hutan itu, yang kemarin kita kesana. Kak Icha inget gak?"
Kak Icha   : "Ooo gitu. Icha ingat kalo Papah juga sekolah di hutan."
Mamah     : "Hahahaha...... (ketawa ngakak)

Sejak saat itu, Kak Icha suka tanya sama Mamah, Papah Icha sekolahnya sekarang di Jepang apa di hutan. Soalnya Kak Icha mau ikut lagi ke sekolah Papah yang di (dekat) hutan itu, hehehehe..........

Rabu, 18 November 2009

Toilet Training Abang Jaja




Sekitar sebulan lalu, keluarga di rumah berinisiatif untuk melakukan toilet training buat Abang Jaja. Secara usia memang sudah cukup pas karena Kak Icha juga toilet training-nya saat usia tiga tahun ini. Awalnya Abang Jaja sendiri menyambut gembira karena Jaja sudah mulai iri ingin buang air sendiri karena melihat Kak Icha. Jaja senang sekali tidak dipakaikan diapers atau lampin sekali pakai ini. Untuk buang air kecil memang Abang Jaja belum bisa menahannya sehingga sudah bisa dipastikan celananya basah selalu dan artinya cucian jadi dua kali lipat, hehehe....   Nah, kalo untuk buang air besar, Abang Jaja perlu diacungkan jempol karena sudah bisa mengatakan "mau bau" untuk mengungkapkan keinginannya buang air besar. Mungkin karena pakai acara mulas di perut jadi orang rumah juga mengerti.

Yang paling menarik di toilet training-nya Abang Jaja ini adalah masalah kesigapan. Kita harus buru-buru membawa Abang Jaja ke toilet sebelum buang air kecil/besarnya terjadi. Maklum Jaja kan belum bisa menahan lama-lama. Yang disayangkan Mamah gak bisa selalu memantau toilet training ini secara waktu Mamah lebih banyak dihabiskan di kantor. Paling hanya hari sabtu dan minggu. Kalau Mamah yang memantau, biasanya Mamah sudah memperkirakan kapan Jaja akan buang air kecil. Misalnya di pagi hari setelah bangun tidur, sekitar 30 menit setelah minum air yang banyak (Abang Jaja minumnya banyak sekali loh ) dan jika udara relatif lebih dingin. Mamah juga rajin menanyakan apakah Jaja mau buang air kecil atau tidak terutama saat Kak Icha saat itu buang air kecil. Kalau buang air besar relatif lebih mudah karena biasanya hanya sekali sehari dan Abang Jaja biasanya sekitar 30 menit sampai sejam setelah makan siang atau malam, hehehe.........

Nah, masalahnya sudah seminggu ini Jaja mogok toilet training. Gak mau sama sekali buang air kecil dan besar di toilet. Selalu di diapers/lampin. Bahkan selalu minta pakai diapers/lampin kalau gak dipakaikan bisa ngambek. Pernah waktu Jaja mau buang air kecil dengan perut mulas, Mamah buru-buru membukakan celana dan menaruhnya di kloset, Jaja langsung nangis kejer, teriak dan bilang mau baunya di diapers saja. Semuanya jadi bingung dengan perubahan ini padahalnya starting pointnya sudah bagus karena keinginan Jaja sendiri. Usut punya usut ternyata Jaja capek kalo harus jongkok di kloset, karena kloset di rumah Aek itu kloset jongkok. Kakinya pegal kalau mau buang air apalagi sambil menahan mulas di perut. Bisa dimaklumi karena Kak Icha dulu pakai kloset duduk khusus untuk anak kecil.

Hhmm.......... kayaknya perlu ke toko nih cari-cari toilet khusus buat toilet training kayak gini. Kira-kira berapa yah harganya????

Selasa, 17 November 2009

Tour de Jogjakarta and Central Java Part VIII - Pekalongan, Tegal dan Brebes





Hari senin pagi, kita semua sudah siap-siap berangkat pulang kembali ke Jakarta. Sengaja berangkat pagi sekali karena Bude Uut, sepupu Pakde Ferdi yang menempati rumah itu ada upacara pagi, maklum deh pegawai Pemkot Semarang. Namun, kita sarapan pagi dulu sama nasi pecel, sambal krecek, aneka gorengan dan opor ayam. Lumayan mengenyangkan lah buat duduk-duduk di mobil selama perjalanan.

Dari Semarang kita melewati Kendal menuju Pekalongan. Sengaja ke Pekalongan dulu buat beli batik yang banyak secara gak sempet beli banyak di Beringharjo dan Pasar Klewer Solo. Alhamdulillh, ternyata nyampe Pekalongan jam 9 pagi dan toko-toko sudah banyak yang buka. Seneng banget karena bisa milih-milih sepuasnya apalagi harganya lumayan terjangkau untuk ukuran kantong Mamah. Nah, karena batik jadi pakaian wajib di UI untuk hari jumat, Mamah jadi semakin kalap. Pas ngeliat ada baju batik untuk pasangan suami istri, jadi tambah kalap lagi. Akhirnya ngeborong deh, Mamah beli batik warna abu-abu semi sutera, batik katun jatuh warna merah, coklat gelap, dan pasangan warna campuran antara hitam dan coklat susu buat Mamah dan Papah. Sebenernya agak nyesel juga sih waktu di Beringharjo, banyak yang jual kain batik meteran yang murah meriah. Bayangin aja yang semi sutera dan agak glamour aja harga semeternya cuma 22 ribu rupiah. Sayang, saat itu perut Mamah gak mau kompromi sih, jadi gak kebeli deh.

Dari Pekalongan kita ke Tegal, kampung halaman Papah tercinta. Kita lihat laut Tegal yang biru sekali ditempa sinar matahari selama perjalanan. Sayangnya hari panas terik jadi kita juga gak mampir ke pantainya. Di kota Tegal ini kita disambut dengan sambutan khas "Tegal Laka-laka". Sebenarnya di Tegal ini banyak saudara Papah seperti Tante Dewi, hanya saja karena gak tau alamatnya ya gak mampir deh! Kota Tegal lumayan rame dan sengaja kita datang ke sini buat cari tahu Tegal yang terkenal itu. Kita beli tahu Tegalnya di jalan Adiwerna, pas di depan Bank Mandiri. Kios tahu Tegal ini adalah yang pertama kali berdiri dan yang jual chinese (pantesan enak ). Asli, yang ngantri rame banget, sekali goreng bisa lima puluh potong tahu dan selalu habis dalam sekejap. Bahkan yang ngantri buat beli tahu mentah plus acinya aja itu juga banyak loh. Maksudnya biar lebih tahan lama dan bisa digoreng di rumah. Mamah beli satu box besar isi 50 buah tahu. Satu tahunya dihargai 800 perak. Ini lumayan mahal memang tapi worthy secara tahunya tuh enak banget, gurih rasanya dan kenyal acinya juga mantebs. Bayangin aja, secara kita semua cuma terdiri dari 5 dewasa dan 2 anak-anak, itu tahu yang segambreng banyaknya langsung habis dalam sekejap, hahaha.......... asli deh enak banget! Jadi inget, dulu kalo Mamah dan Papah kangen sama tahu Tegal ini pasti mampir deh ke daerah Pancoran buat beli. Pastinya kalo Papah pulang, kita pasti bakalan sering beli tahu Tegal ini :-)

Puas makan tahu bukan berarti tidak ada slot untuk makanan lain. Kita semua langsung menuju Brebes buat makan bebek khas sana yaitu blengong. Blengong ini adalah sejenis unggas hasil persilangan antara itik dan entok. Kita semua udah ngiler secara kita semua penggemar bebek. Tapi sayang, setelah menjelajah Kota Brebes sampai ke pelosoknya tetap juga tak ditemukan rumah makan yang menjual blengong ini buka. Semuanya tutup karena masih suasana lebaran. Whoaaa........... asli sedih banget, nafsu makan mulai menurun perlahan. Akhirnya untuk menaikkan kembali kelesuan ini Pakde mengajak makan sate kambing di dekat pasar raya Brebes. Sate kambingnya empuk karena terbuat dari kambing muda dan pastinya warna satenya setelah dibakar itu bukan abu-abu kehitaman tetapi abu-abu putih. Ini karena dibakar tanpa bumbu apa-apa dan baru dikasih bumbu kecap dan irisan bawang, tomat dan cabai ketika akan disantap jadi kerasa banget kambingnya.  Satu porsi sate kambingnya isi 10 tusuk dihargai 17 ribu rupiah. Lumayan lah! Setelah itu kita mampir ke pasarnya buat beli pilus Tegal, gak tanggung-tanggung belinya satu bal gitu udah kayak mau jualan aja, hehehe...........

Meski gak banyak mampir di tempat wisata di Tegal dan Brebes, alhamdulillah masih bisa wisata kuliner meski terbatas :-)

Tour de Jogjakarta and Central Java Part VII - Ambarawa dan Bandungan





Sehari sebelum pulang, Pakde dan Bude mengajak kita jalan-jalan ke Museum Kereta Api Ambarawa. Ini spesial untuk membahagiakan Jaja yang tergila-gila dengan semua yang berbau kereta api. Maklum deh secara si Jaja itu dari kecil fanatis sama kartun Thomas The Train.

Pagi-pagi setelah sarapan kita langsung berangkat menuju Ambarawa. Gak terlalu jauh juga dari Semarang. Kita semua kira karena masih pagi sampai di Museum Kereta Api sekitar jam 9 pagi, kita bakalan bisa menikmati naik kereta uap yang hanya ada 2x sehari yaitu pagi dan sore. Tapi ternyata kita semua salah, paginya kita dengan paginya orang Jawa itu beda. Museum Kereta Api sudah penuh dan karcis untuk naik kereta uap SOLD OUT. Whoaa...... sedih banget Apalagi pas ngeliat wajahnya Jaja saat kereta uap itu meninggalkan stasiun, sepertinya Mamah rela membayar berapa pun agar Jaja bisa ada di kereta uap saat itu (hiperbolis but it's true ). 

Akhirnya kita main-main di pelataran stasiun tempat kepala lokomotif atau loko-loko kereta uap jaman baheula itu dipajang. Asyiknya museum kereta api Ambarawa ini areanya terbuka, loko-loko dan barang-barang museum lainnya ditempatkan di stasiun yang terbuka. Sepertinya lebih friendly aja .
Ada sekitar dua puluh loko dipajang dan hampir semuanya dinaikin Jaja dan kita foto-foto didalamnya. Jaja dan Kak Icha senang sekali, bergaya seolah-olah mereka Masinis Kereta Api. Puas banget rasanya main ke sini. Awalnya kita semua mau naik kereta uap putaran kedua sekitar jam tiga sore demi menyenangkan Abang Jaja. Tapi kayaknya koq waktu berjalan lambat sekali dan membuat bosan, hehehe........   
Setelah puas foto sana sini diseluruh areal museum, akhirnya capek juga yah. Apalagi udara di Ambarawa ini lumayan sejuk loh, semilir angin gunung yang sejuk ini bikin kita semua ngiler sama wedang ronde yang dijual. Secara kita semua aka Van De Zoels selama di Jogja gak pernah makan wedang ronde, akhirnya rada kalap juga menyeruput minuman hangat ini. Rasanya manteb banget. Khas banget dengan rasa jahe yang tajam ditambah beberapa bulatan moci tawar dan kacang tanah goreng bikin makin sip aja rasanya. Favorit banget deh, lebih suka yang ini daripada model sekoteng Jakarta yang rada mirip rasanya.

Dari museum Ambarawa ini kita langsung menuju Bandungan, masih di daerah Semarang. Rencananya kita mau ke Candi Gedongsongo di Desa Candi, Bandungan. Bandungan ini merupakan daerah puncak, jadi jalanan juga menanjak. Sepanjang jalan menuji Candi tentu saja pemandangannya indah sekali ala pegunungan gitu deh. Apalagi dari atas juga kelihatan pemandangan Jawa Tengah dan sekitarnya terutama Rawa Pening yang luas banget. Subhanallah keren banget. Melewati pasar Bandungan yang banyak menjual aneka makanan seperti gorengan, tahu serasi dan kupat tahu bikin kita semua ngiler cuma sayang pada males turun saking ramenya apalagi berjejer kuda-kuda tunggangan yang bikin Kak Icha dan Abang Jaja ribut pengen naik. Akhirnya kita terus menuju puncak. Tapi sayang disayang, sedikit lagi menuju puncak tempat Candi Gedongsongo, mobilnya Pakde ngadat alias gak bisa nanjak, mesinnya nolak. Jadi terpaksa kita belok lagi dan turun ke bawah, huhu... .  Sebelum turun kita sempat istirahat juga dipelataran parkir tempat bus-bus yang juga tempat jualan aneka tanaman hias. Disana kita beli cilok atau baso kukus ala Bandungan. Aci atau sagu dibentuk bulat tanpa isi dan rasanya agak sedikit pedas merica ditambah saus sambal yang ada sedikit kacangnya. Seperti makanan anak SD, hehehe....... Semuanya beli karena agak sedikit lapar kecuali Mamah karena gak nafsu lihatnya. Kak Icha dan Jaja makannya pakai kecap dan mereka suka banget ternyata, lumayan lah buat mereka mengganjal perut.
Ada hal yang menarik plus mengerikan sepanjang melewati jalur Bandungan menuju puncak Candi Gedongsongo ini. Banyak sekali vila-vila kecil alias motel bertebaran disisi kanan maupun kiri jalan. Dan selalu terpampang plang "Kamar Masih Ada". Selain itu ada juga plang-plang peringatan mengenai bahaya HIV/AIDS yang mengintai. Koq yah jadi bikin praduga macam-macam. Apalagi kata Pakde Ferdi kalo daerah Bandungan ini memang banyak areal prostitusi terselubung. Syerreemm... Apalagi pas sempat mampir ke pom bensin untuk buang air kecil, di dekat toiletnya terpasang gambar patung-patung lelaki telanjang dengan bokong di depan. Tulisannya secara jelas menyebutkan rasane beda. Whoaa......... asli deh langsung merinding. Pesannya kentara sekali, jadi takut karena langsung teringat dengan kaum Nabi Luth yang diazab oleh Allah karena perbuatannya itu. 

Pokoknya jalan-jalan kali ini menyenangkan banget deh, Kak Icha dan Jaja senang banget dan ini yang paling penting.   




Jumat, 13 November 2009

Happy 3rd Birthday Abang Jaja




Anakku Azzam Alifiandra Kosandi, selamat ulang tahun ya. Semoga Abang tambah pintar, sehat selalu, cepat besar, menjadi anak yang sholeh, anak yang selalu menjadi penyejuk jiwa Mamah dan Papah, berinisiatif tinggi, dan penuh kasih sayang. Semoga Allah selalu melimpahkan rezeki-Nya kepadamu, karunia dan berkah dalam kehidupanmu. Amin

Sun sayang selalu,
Papah, Mamah, Kak Icha

Kamis, 29 Oktober 2009

Tour de Jogjakarta and Central Java Part VI - Semarang (Pandanaran-Simpang Lima)





Siapa sih yang gak kenal sama daerah Pandanaran dan Simpang Lima? Pandanaran itu pusat penjualan oleh-oleh khas Semarang seperti Lunpia, Moachi, Wingko Babad dan yang paling terkenal adalah Bandeng Juwana itu. Dan Simpang Lima adalah tempat paling rame yang merupakan pusat wisata kuliner di Semarang.  Pas tiba di Pandanaran kita langsung nyobain makan Lunpia Mataram yang terkenal itu. Harganya lumayan mahal juga, baik lunpia goreng maupun basah dihargai delapan ribu rupiah per potong. Kita masing-masing pesan satu porsi isi 2 buah lunpia (basah dan goreng) dan teh botol. Rasanya enaaak banget secara Mamah suka banget sama lunpia Semarang. Sayang, saat itu Kak Icha dan Abang Jaja masih tidur di mobil jadi gak bisa ikut menikmati enaknya lunpia ini. Lunpianya dibuat sesuai pesanan. Jadi dibikinnya kalo ada yang pesan jadi hangat dan fresh. Kita makannya pakai kuah kental berwarna agak hitam, kental karena pakai maizena dan rasanya agak sedikit manis ditambah acar ketimun dan cabai rawit. Disitu juga disediakan bawang prei utuh sama daunnya dan hanya Pakde Ferdi yang menyantap itu, kita semuanya menolak karena emang gak doyan bawang mentah.


Kebetulan kita ke Panandaran ini dua kali. Pertama, setelah dari Kuil Sam Poo Kong dan yang kedua malam hari sebelum paginya pulang menuju Jakarta. Pas pertama kali, menyusuri Pandanaran bareng Kak Icha dan Jaja, kita beli wingko babad disana, beli lagi lunpia di pinggir jalan yang harganya lumayan miring cuma empat ribu perak per buah tapi harga enak juga, hehehe, dan beli jambu air yang manis dan enak banget kesukaan Kak Icha dan Jaja.  Nah baru yang kedua kalinya kita ke Pandanaran, benar-benar menghabiskan uang buat beli oleh-oleh terutama beli Moachi, Lunpia, Wingko Babad dan pastinya Bandeng Juwana (kalo ini sih yang beli cuma Bude Ima cuma skala besar cuma sayang saat itu Bandeng Vacuum yang bisa tahan 3 bulanan itu habis jadi diganti Bandeng lain yang cuma tahan 2-3 hari saja). Sekali lagi, Mamah beli jambu air yang banyak buat anak-anak yang emang doyan banget. Dan serunya pas lagi di depan Bandeng Juwana, Mamah ketemu sama temang lama Mamah, teman waktu kuliah S2 dulu, Pak Memed yang lagi mudik karena istrinya orang Semarang. Jadi reunian deh, hehehe.....

Setelah dari Pandanaran kita ke Simpang Lima. Kebetulan saat itu malem minggu dan disekeliling bundaran Simpang Lima rame dipenuhi dengan pedagang kaki lima. Mulai dari pedagan pecel sayur, pedagang baju batik, sepatu sandal, pernak-pernik, dan makanan. Asli, disana Mamah lapar mata secara Mamah paling suka sama barang emperan gitu, hehehe... Ternyata Kak Icha dan Jaja juga begitu. Akhirnya Kak Icha beli tas kosmetik dari plastik (buat nyimpen kosmetik Kak Icha seperti bedak dan parfum yang memang buat anak-anak) dan puzzle bergambar barbie. Sedangkan buat Jaja ada tas jinjing bergambar Thomas the Train, puzzle Dora the Explorer dan satu stel (baju dan celana) bola kesebelasan Chelsea warna biru secara Papahnya Jaja penggemar berat Chelsea :-D  Kak Icha dan Jaja juga beli gula-gula kapas warna putih. Sebenarnya Mamah paling gak suka sama makanan seperti ini, selain mengandung banyak gula juga bisa bikin gigi rusak. Tapi, karena sekarang liburan semuanya bebas. Tadi Kak Icha minta gula-gula kapasnya warna pink dan Jaja warna biru. Karena ngeri dan gak percaya sama pewarna yang dipakai, Mamah keukeuh milih warna putih aja yang tanpa pewarna. Kak Icha dan Jaja awalnya agak cemberut dan sedikit ngambek, cuma karena Mamah ngancem kalo gak warna putih gak akan dibelikan, yah terpaksa mereka menerimanya, hehehe..... Lagian ngambeknya juga cuma sebentar, saat gula-gula kapasnya dimakan mereka juga kembali ceria.

Habis keliling bundaran Simpang Lima, langsung deh perut keroncongan. Banyak banget makanan yang mau dibeli. Tadinya mau makan tahu gimbal cuma gak jadi karena sepi pembeli jadi sungkan, mau makan pecel Yu Sri yang rame banget sampai ngantri keluar tenda jadi males juga karena badan udah mulai gerah (belum mandi euy!), akhirnya kita mutusin makan nasi soto bangkong untuk Kak Icha dan Jaja. Asli sotonya segar banget dan anak-anak suka banget. Nah, hari keduanya kita juga main ke Simpang Lima lagi cuma di bundarannya sepi karena hari minggu, ramenya hanya malam minggu saja. Nah, kita semua makan nasi gudeg komplet di depan Ramayana Simpang Lima. Asli enaaak tenan. Mamah, Bude Ima, dan Titi makan nasi gudeg campur sayur jangan jipang, sambel krecek, dan potongan paru goreng tebal plus teh manis. Sedangkan Pakde Ferdi sama hanya ditambah potongan babat. Kalo Kak Icha dan Jaja lain karena gak bisa pedas, jadi makannya nasi gudeg, sayur jangan jipang dan opor telur ditambah tahu bacem. Anak-anak suka banget dan kita semua kenyang pol, rasanya puas banget. Cuma sayang Tante Nopi gak makan karena lagi bete dan kesal, entah sama siapa. Padahal kalo gak mau makan disitu, kita udah tawarin buat dibungkus aja biar dimakan dirumah tapi ternyata gak mau juga. Lucunya pas sampe rumah kelaperan dan gak ada makanan, jadi terpaksa Tante Nopi bikin indomie rebus, hahahaha............ kasian deh!!!

Tour de Jogjakarta and Central Java Part V - Semarang (Sam Poo Kong)




Setelah puas mencari penampakan di Lawang Sewu, kita semua jalan-jalan ke Kota Lama. Menyusuri Stasiun Tawang terus melihat Gereja Belenduk dan putar-putar keliling Kota Lama. Sebenarnya pengen banget foto-foto sepanjang Kota Lama ini terutama di Gereja Blenduk yang terkenal itu, sayangnya ternyata badan kita semua pada capek, males turun dari mobil.

Sepanjang perjalanan menuju Sam Poo Kong ini dilalui dengan badan letih. Semua penghuni mobil tertidur semua kecuali Pakde Ferdi tentunya. Pas sampai di Sam Poo Kong juga semuanya masih tertidur, hanya Pakde Ferdi dan Bude Ima yang masih semangat bergerilya menikmati suasana Kota Semarang ini yang kemudian diikuti setengah hati oleh Mamah dan Tante Nopi. Bahkan Tante Titi, Jaja, dan Icha tidak bisa dibangunkan sama sekali dari tidurnya sehingga terpaksa ditinggalkan di dalam mobil. Ternyata pas memasuki pintu gerbang Kuil Sam Poo Kong saja sudah mulai menarik mata dan hati. Bagus banget serasa di luar negeri, seperti di Asia Timur layaknya China dan Jepang. Langsung deh, narsisnya kumat dan jeprat-jepret sana-sini.

Yang paling intens foto-foto sih kayaknya Pakde Ferdi dan Bude Ima soalnya di setiap sudut pasti deh main jeprat-jepret terutama di patung Laksamana Cheng Ho.  Tapi lucu juga deh, setiap lihat patung Cheng Ho ini jadi teringat sama Yusril Ihza Mahendra yang pernah berperan di film yang sama. Hahaha...... rasa-rasanya aneh (sambil mengernyit). Tapi asli, semuanya keren banget, suasananya kayak Shrine/Jinja di Jepang atau Cina atau Korea. Serasa di luar negeri aja, hehehe......
 Di Sam Poo Kong ini ada tempat peminjaman baju bergaya ala pangeran dan putri dari Negeri Bambu. Bukan hanya untuk anak-anak tapi juga untuk orang dewasa. Warnanya pun macam-macam dan menarik minat. Jadi kita bisa berfoto ala Chinese di Kuil Sam Poo Kong ini. Keren banget yah! Sayangnya kita semua tidak dalam keadaan fresh ketika masuk ke arela kuil ini jadi agak males foto aneh-aneh meski fotonya semuanya kelihatan exciting, hihihi...........  Lagian juga Kak Icha dan Jaja sedang tidur di mobil jadi gak enak juga ninggalin mereka lama-lama hanya untuk bersenang-senang demi kepuasan diri sendiri (halah....alesan, bilang aja gak punya duit, qeqeqeqe...)

Di Kuil Sam Poo Kong ini juga menjual assesoris yang berbau china-china gitu deh. Mulai dari dupa, patung kucing pembawa keberuntungan, kartu pos, kipas, sampai lilin-lilin besar. Bayangin aja, lilinnya dijual muali harga 200 ribu sampe 14 juta rupiah. Alamaaak.... yang bener aja, beli lilin sampe belasan juta gitu, gak kebayang kapan habisnya itu lilin, hehehe... Lihat aja foto dibawah ini, lilin yang tingginya melebihi Mamah ini yang harganya ajegile mahalnya. Btw, Kak Icha marah loh pas lihat foto-foto kita di Kuil Sam Poo Kong ini, katanya koq bisa Mamah jalan-jalan gak ajak Kak Icha dan Jaja. Hihihi.... bagaimana mo ngajak Kak Icha, pasti semua tau deh kalo Kak Icha kan susah banget dibanguninnya  :-D



Kamis, 22 Oktober 2009

Tour de Jogjakarta and Central Java Part IV - Semarang (Lawang Sewu)




Dari Solo sudah menjelang sore menuju Semarang, kita lewat Ampel Boyolali dan Ungaran. Ternyata macet total, udah kayak mau ke Puncak aja padahal ternyata usut punya usut gak ada apa-apa juga, gak ada kecelakaan, gak ada mobil mogok atau apa lah. Karena macet dan hari sudah malam sedangkan kita masih di Boyolali dan gak kuasa menahan lapar, akhirnya kita semua memutuskan makan di pinggir jalan raya. Kebetulan nemu Bakso Blontongan Pak Gendut yang kelihatan rame, padahal sebenernya agak trauma sih makan bakso sejak kejadian di Jogja itu, hehehe....... Ternyata baksonya lumayan enak dan kuah kaldunya terasa. Mamah dan Tante Nopi makan mie ayam bakso dan lainnya makan bakso komplet. Baksonya pake daging tetelan dan babat. Kak Icha dan Tante Titi langsung mengernyit gak suka gitu, gak enak katanya, hahaha........... Tapi alhamdulillah deh perutnya terisi dan gak masuk angin jadinya.

Setelah puas ngebakso, kita melanjutkan ke Ungaran dan melewati Kampoeng Kopi Banaran. Whoaa... pengen banget mampir secara suasananya cozy banget tapi sayang perutnya sudah gak muat lagi diisi dan juga melewati beberapa warung sate sapi Pak Kempleng, sumpah deh bikin ngiler. Sampai di Semarang sekitar jam 9 malem. Rencananya kita akan menginap di rumah sepupu Pakde Ferdi yang letaknya di sebelah Pasar Bulu Semarang. Lokasinya strategis banget, dekat Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Pandanaran, Simpang Lima, Kota Lama, pokoknya kemana-mana dekat banget deh.

Besok pagi sebelum jalan-jalan kita semua bergerilya, nyuci bow! Asli deh, cucian banyak banget secara selama liburan kemaren di Jogja, Magelang dan Solo kita semua tuh gak pernah nyuci baju, kebayang dong betapa banyaknya secara kita semua bawa bajunya pas-pasan (lihat aja semua fotonya pake baju yang sama, hahaha....)

Setelah nyuci kita makan nasi pecel pake rempeyek kacang yang enak banget pake gorengan paru, usus, tahu bacem, tempe mendoan dan bakwan. Sedapp banget! Asli, pecelnya enaaaak banget, wangi daun jeruk dan rasanya maknyus abis. Setelah itu kita langsung pergi menuju Lawang Sewu yang deket banget sama rumah. Si Jaja senang banget pas dateng secara di depan Gedung Lawang Sewu ada kereta lokomotif. Pas kita kasih tau kalau di Lawang Sewu ini banyak hantunya langsung agak ngeper juga si Jaja, hihihi... (Mamah jahat yah :-D). Si Jaja aja nyebut Lawang Sewu ini Gedung Obake (gedung setan) :-DD

Masuk ke dalam Lawang Sewu dikenakan tarif cuma kita gak dapet tiket masuknya. Ada perbaikan di tangga utama jadi kalau mau naik ke lantai atas harus melalui tangga samping. Gedungnya lumayan luas juga secara ini bangunan Belanda, bekas kantor perkeretaapian masa penjajahan Belanda dulu. Jika kata orang suasana mistisnya terasa, menurut Mamah justru biasa aja, lebih serem di Kasunanan Solo gitu deh! Cuma Mamah tetep hati-hati juga menjaga anak-anak, takut kenapa-napa, hehehe.....  Gedung Lawang Sewu ini adem sekali apalagi ada pohon beringin besar di tengah lokasi. Menyusuri setiap sudut, melihat pintu, jendela, lantai, atap, wastafel, loteng, menara air yang benar-benar jadul. Kak Icha dan Abang Jaja senang banget secara ruangannya luas, mereka malah berlari-lari kegirangan.

Tadinya kita sempat terpisah dengan Pakde Ferdi karena beliau asyik foto-foto setiap sudut Lawang Sewu sedangkan Mamah, Bude Ima, dan Tante Nopi dan Titi berusaha mencari penampakan yang tidak tampak-tampak, hehehe..... Gak nyangka juga akhirnya kita ketemu sama bintang sinetron Ali Zaenal yang ganteng banget. Pas ngeliat dia, Ali langsung kasih senyuman manis ke kita semua. Kitanya sih cuek aja, pura-pura jual mahal. Pas Ali-nya udah jauh dan gak kelihatan, langsung deh kita semua teriak kegirangan , whoaaa ganteng...ganteng...ganteng. Sumpah deh, udah kayak apaan aja :-DD  Setelah kita ketemu sama Pakde Ferdi, gak nyangka juga kita ketemu sama Ali Zaenal lagi untuk kedua kalinya. Dan sekali lagi, Ali kasih senyuman super manis ke kita dan kitanya pura-pura cuek. Padahal Pakde Ferdi sudah bilang kalau kita mau, Pakde akan fotoin kita semua bareng sama Ali. Kita semua nolak mentah-mentah, sok jual mahal. Eeeh pas Ali-nya pergi lagi, asli deh kita semua nyesel banget gak foto-foto sama dia, hahahaha..............

Setelah menyusuri Gedung Utama Lawang Sewu kita ke gedung samping. Ada yang menggelar barang-barang yang berkaitan dengan Lawang Sewu untuk dipamerkan dan dijual. Ada foto-foto lama mengenai operasional Lawang Sewu, mata uang Indonesia sejak zaman Belanda sampai foto Harry Pantja yang lagi syuting Dunia Lain di Lawang Sewu. Semua penampakan setan-setannya tertangkap kamera. Kak Icha dan Jaja sampe mengernyit ngeri melihat setannya :-D

Tadinya sih kita mau ke terowongan atau lorong bawah tanah Lawang Sewu secara di dalam ternyata ada sungai bawah tanahnya loh dan katanya kalau mau lihat penampakan yah disini tempatnya. Sayang kita gak jadi masuk, selain ngantri, harus pakai peralatan macem-macem seperti jas hujan, sepatu boot, helm, keliatannya repot banget dan kasian anak-anak yang memang gak mau masuk ke dalam, takut obake katanya :-)

Akhirnya kita keluar Lawang Sewu. Niatnya sih pengen makan di depan Lawang Sewu karena ada kios makan yang jual lontong cap gomeh komplit dan soto ayam. Tapi gak jadi karena tempatnya terik banget, sinar mataharinya langsung ke kios itu, ngebayanginnya gak asyik aja sepertinya :-) Akhirnya kita memutuskan untuk jalan-jalan dulu seputar Kota Semarang yang panas tapi menyenangkan ini.


Rabu, 21 Oktober 2009

Tour de Jogjakarta and Central Java Part III - Solo





Hari Jumat tanggal 25 September 2009, sekitar jam 9 pagi kita check-out dari Hotel menuju Solo. Tadi niatnya mau ke Malioboro lagi buat cari oleh-oleh terutama Bakpia Pathuk 25 yang jadi favorit Mamah. Cuma sayang, Pakde Ferdi mau ngejar sholat jumat di Klaten, jadi kita terpaksa beli oleh-oleh khas Jogja ini dipinggiran jalan Jogja-Solo yang harganya relatif lebih mahal dan bukan fresh from oven . Akhirnya karena rada-rada mahal dan tanggal expirednya sebentar lagi, Mamah belinya juga gak bisa banyak soalnya bakalan tinggal lumayan lama di Semarang nantinya. Mamah beli Bakpia Pathuk 5 kotak, Yangko 2 kotak, lanting rasa sapi panggang 2 bungkus besartrus beberapa chips atau keripik khas Jogja (lupa apa namanya).

Mampir di Klaten karena Pakde Ferdi mau sholat jumat. Karena males nunggu di mobil, Mamah nyari warung makan di dekat Masjid. Kebetulan ada warung makan yang jadi satu sama rumah bersalin cuma namanya lupa. Tempatnya bersih banget dan harganya murah meriah. Mamah minum frestea satu botol dihargai 1500 rupiah, murah banget kan secara di Jakarta harganya mencapai 2500 rupiah. Trus beli makan siang untuk Kak Icha dan Abang Jaja yang terdiri dari nasi putih, telur dadar dan sup sayur (dikasih jamur putih yang banyak loh, whoaaa....enak banget) dan cuma dihargai 5000 rupiah. Akhirnya Mamah kalap juga deh, beli emping, keripik belut, dan cemilan buat di mobil. Akhirnya kita semua makan siang disitu. Mamah prefer makan bubur ayam yang lembut banget dan enak pastinya, harganya juga cuma 3500 rupiah. Terus terang senang banget dapet rumah makan yang murah meriah dan enak kayak gini secara dari kemaren liburan selalu aja ditembak dengan harga mahal setiap mo beli makanan secara mereka tau kita orang kota, sebell

Dari Klaten kita menuju Solo. Tadinya sih niat ke Solo mau naik kereta lokomotif yang melintasi di jalan raya. Tapi ternyata belum dibuka jumat ini, baru diresmikannya pas Minggu tanggal 27 Sep 09. Sedih banget sih secara Pakde Ferdi dan Bude Ima pengen naik kereta ini untuk membahagiakan Jaja yang memang maniak sama Thomas The Train.  Akhirnya kita ke Keraton Kasunanan Surakarta dan Pasar Klewer. Di Keraton, Mamah ngeliat barang-barang antik milik keraton solo di museumnya. Tiket masuknya berapa yah? lupa, sekitar 6000 rupiah. Kebanyakan hampir semua barang antiknya berbau mistis. Banyak yang ditaruh sesajen disamping barang tersebut. Nah, Mamah gak sengaja mengusap-usap meriam kuno yang sudah berkarat yang dibawahnya ditaruh sesajen bunga. Alamak, tiba-tiba aja ada sambaran aneh di tangan, seperti getaran hebat yang bikin takut. Langsung deh, karena takut kesurupan, Mamah dzikir gak putus-putus. Asli takut banget! Trus kita masuk ke halaman istana Keraton yang berpasir. Masuk kesini harus pakai sepatu tertutup atau lepas sendal, gak tau deh kenapa. Nah, dari pemandunya Mamah dengar kalau pasir di halaman keraton ini didatangkan dari laut kidul, maksudnya agar keraton solo ini selalu terhubung dengan Kandjeng Nyi Roro Kidul sekaligus juga sebagai tolak bala.

Setelah puas di Keraton Solo, kita mampir ke Pasar Klewer yang kebetulan emang deket sama tempat parkir mobil. Disana kita beli oleh-oleh khas Solo, gak banyak sih terutama enting-enting gepuk kesukaan Mamah dan harganya relatif lebih murah. Kak Icha dan Abang Jaja juga dibelikan kuda lumping berikut pemukulnya. Asli deh lucu banget, langsung dipake gitu sambil lari-lari. Sayangnya selama di Solo ini kita gak sempet wisata kuliner, padahal pengen nyoba macem-macem khususnya Teh Gardoe yang terkenal itu. Dan sayangnya juga, kita gak bisa foto-foto karena kameranya ketinggalan di mobil, lupa terbawa karena buru-buru, lumayan sedih sih secara Solo kotanya asyik juga :-)

Selasa, 20 Oktober 2009

Tour de Jogjakarta and Central Java Part II - Jogjakarta





Dari Candi Mendut menuju Jogja sore hari melewati Sleman. Semuanya capek dan tertidur di mobil. Terkadang melek juga sih dan mata ini selalu menemui pohon-pohon salak yang tumbuh di tanah pasir menuju Kota Jogjakarta.

Sampai di Malioboro maghrib dan kita langsung muter-muter cari hotel. Mulai dari Pasar Kembang, Jalan Dagen, dan sekitarnya semuanya fully booked. Haiyyaa.... badan sudah gerah apalagi menyusuri Malioboro yang padat merayap dipenuhi kendaraan berplat B. Akhirnya setelah memutari Malioboro sebanyak 3x, kita semua menyerah dan mencari hotel di pinggiran Malioboro dan akhirnya nemu juga di Jalan Cik Ditiro, depan Lab Pramita persis. Deket banget sama Dokter Mata YAP dan DPP Muhammadiyah. Hotel Mentana plus Cafe Lekker-je. Kita nginep selama 3 hari disini, lumayan murah lah untuk turis domestik kayak Mamah, hehehe...

Entah kenapa, perut Mamah langsung mulas malem harinya, apa mungkin efek es kelapa muda yang diminum di Mendut? yang pasti Mamah diare hebat malemnya. Alhamdulillah, Mamah sewa kamar hotelnya dengan toilet di dalam jadi diarenya juga tidak menyusahkan.
Meski belum sembuh benar, esoknya Mamah nekat jalan-jalan keliling Jogja. Pertama kali kita ke Keraton Jogja yang benar2 merakyat, dibuka luas dan banyak sekali pedagang kaki lima. Setelah masuk dan foto-foto dalam Keraton, kita kemudian ke Museum Kareta Ngayogyakarta yang letaknya gak jauh dari Keraton. Kesananya naik becak loh, Kak Icha dan Jaja seneng banget. Kita foto-foto di setiap kereta yang pernah digunakan Sultan dan Keluarganya disetiap acara penting. Kereta-keretanya sangat bagus, sayang gak boleh dinaikin. Bude Ima bilang kereta ini terutama Kereta penobatan dan Kereta Kyai Aji apa tuh (lupa) penuh dengan nuansa mistis. Bahkan para penjaga museum sering banget melihat penampakan Nyi Roro Kidul di Kereta ini. Kalo Mamah sih gak kerasa mistisnya tetapi tetap berhati- hati terutama menjaga anak-anak supaya gak macam-macam disana.

Dari Museum Kareta, si Abang Becak ngajakin ke Central Dagadu yang asli punya. lumayan juga deh ke sana. Mamah beli baju Kak Icha yang tulisannya Jalan-jalan ke Malioboro dengan aneka tulisan dan gambar yang lucu warna merah jambu dan Jaja dengan gambar spiderman yang gelantungan di sepanjang jalan malioboro warna hitam. Tadinya sih kita mau ke tempat pembuatan batik tapi gak jadi karena keburu laper. Ya sudah, akhirnya balik lagi ke Keraton dan makan di kaki lima. Sejak tadi Mamah sudah ngiler pengen makan bakso Jogja apalagi ada bakso keringnya gitu, penasaran banget sama rasanya. Mamah pesan bakso komplet buat mamah dan soto ayam buat anak-anak. Ternyata rasanya so so gitu, sangat-sangat tidak direkomendasikan karena aneh dan tidak enak meski masih bisa dimakan :-p

Pas mau jalan-jalan ke Malioboro ternyata mobilnya Pakde Ferdy bermasalah di accu jadi kudu strum accu dulu. Akhirnya Pakde ke bengkel dan kita semua ke Beringharjo. Lumayan jauh juga sih jalan kaki ke sana, akhirnya kita memutuskan naik becak lagi dan pastinya yang paling senang adalah Kak Icha dan Abang Jaja. Di Beringharjo, Mamah belanja baju batik yang motifnya Mamah suka, untuk Kak Icha ada sackdress seksi dengan punggung terbuka warna pink ungu dan untuk Jaja ada kemeja batik yang kalo dipake mirip kayak bapak-bapak mau kondangan, hahaha..........  Nah, di Beringharjo ini ramenya astaganaga, bikin Mamah sesak dan diare Mamah jadi kambuh. Langsung deh cari toilet. Setelah dari toilet malah terpisah dari Bude Ima, Tante Nopi dan Titi. Akhirnya karena sesak di dalam, kita ke luar minum teh botol terus beli cemilan, kue-kue basah. Tadinya mau makan pecel tapi inget sama perut yang udah mulai mules. Akhirnya beli risoles, pastel pastri, bakwan jagung dan kroket aja. Lumayan buat ngisi perut sama anak-anak. Setelah lama makan dan menunggu akhirnya Mamah memutuskan mencari Bude and the gank ke dalam pasar Beringharjo lagi, ngubek-ngubek gak ketemu sampe stress soalnya dua henpon Mamah malah ketinggalan di mobil Pakde yang kebawa malah henpon kantor dan tentunya itu gak ngesave nomor keluarga. Ternyata oh ternyata Bude Ima nelpon Mamah ke nomor itu (mungkin Mamah pernah pake sms-an ke nomor Bude, hehehe...) ternyata mereka lagi asyik makan pecel didepan Beringharjo. Alamak.... nyebelin banget deh. Setelah nungguin mereka makan pecel, kita jalan-jalan di Alun-alun, beli jagung rebus, beli gulali untuk Kak Icha gambar bunga dan untuk Jaja gambar kuda, trus minum teh hijau. Pulang langsung tepar, gak sanggup lagi jalan-jalan padahal Tante Nopi dan Titi ngajakin puter-puter Malioboro malem hari sambil makan lesehan. Gak kuat, akhirnya Mamah cuma nonton televisi aja di kamar hotel sambil makan soto betawi yang rasanya maknyuss banget. Lucu juga sih, koq di Jogja makannya soto betawi abisnya pas pulang di sepanjang jalan deket hotel ada kaki lima soto betawi yang rame banget, itu antriannya gak tahan, jadi ikutan pengen coba ternyata rasanya memang manteb euy, cocok di lidah :-)

Besoknya kita jalan-jalan ke Prambanan dan Parang Tritis. Alhamdulillah diare Mamah sudah sembuh jadi jalan-jalannya juga lancar. Tapi ya Allah, puanaass dan rame banget jadinya foto-fotonya juga gak banyak soalnya gak kuat sama matahari yang ngebakar kulit gitu. Udah gitu kita lupa bawa minum dan beli ditempat yang harganya lebih mahal juga dari tempat rekreasi di Jakarta. Whoaa......  Akhirnya Karena gak kuat panasnya Mamah, Icha, jaja, Nopi dan Titi langsung memutuskan keluar dan kembali ke mobil. Sedangkan Pakde dan Bude masih pengen liat-liat Candi dan bawa kameranya. Lucunya kita kan nungguin Pakde dan Bude di dekat pintu keluar. Lama banget, kebetulan ada keluarga dari Wates yang ngajak ngobrol, trus kita dikasih ketimun sama jambu biji yang besar, ngobrolin soal gempa Jogja dan banyak lagi. Kak Icha dan Jaja asyik main di batu-batu candi yang berserakan di pelataran. Udah lama nungguin koq yah Pakde dan Bude gak keluar-keluar, kita telfonin juga gak diangkat. Akhirnya Bude sendiri yang nelpon nanyain kita ada dimana secara mereka berdua udah di mobil dari tadi, whoaaa............... koq bisa keluar dari Prambanan tanpa kelihatan sama kita. Aneh bin ajaib. Udah gitu kita dilarang satpamnya keluar di tempat pertama kali kita masuk tapi mesti muter jauuuh banget. Asli deh, Mamah langsung marah sama itu satpam, akhirnya mereka memperbolehkan Mamah dan anak-anak keluar tapi Titi dan Nopi disuruh putar, tapi dicuekin, hahaha.... yang bener aja sih, udah lemes kayak gini disuruh puter balik. Keluar dari Prambanan kita makan di Rumah Makan Padang depan Prambanan persis. Saking banyak orang dan kelaparan, si pelayan kewalahan dan pengunjung gak sabar, akhirnya self service deh, pelayan cuma ngurusin minum aja. Mamah pesen kalio hati ampela ayam, Icha dan Jaja makan lele kremes, Titi makan rendang, Bude makan ayam bakar, Pakde makan Ikan bakar dan Nopi makan gulai tunjang. Asli enaak banget, setelah perut dikuras semalaman akibat diare, diisi sama makanan condong salero urang awak rasonyo sedap nian, hahaha.....



Dari Prambanan kita langsung menuju Parang Tritis. Lumayan lancar dan cuma macet di beberapa titik. Sampe sana sudah sore, beruntung banget soalnya memang niat pengen lihat sunset disana. Kak Icha dan Jaja seneng banget main ombak apalagi pantainya luas banget. ombaknya besar banget dan tarikannya kuat. Abang Jaja yang keseimbangannya masih belum stabil suka hanyut dibawa ombak dan terguling-guling. Anak-anak seneng banget main ombak tapi sayang gak bisa lama-lama karena hari sudah menjelang maghrib apalagi Abang Jaja sudah mulai disko alias gemetar karena kedinginan. Akhirnya Mamah beli makanan disitu, ada jagung bakar, es kelapa muda, arem-arem dan lumpia. Ternyata ada cilok juga loh, semacam bola-bola dari aci/sagu yang dikasih bumbu kacang encer dan pedas. Ternyata semuanya pada suka, padahal makanan anak-anak sd gitu, hahaha.......... Abis itu Mamah sengaja ngajak anak-anak naik kuda mengelilingi pantai Parang Tritis. Suasananya romantis abis, soalnya langit sudah mulai merah gelap. Icha dan Jaja ribut kesenangan.

Karena sudah malem, Mamah agak takut untuk membasuh anak-anak di kamar mandi. Akhirnya Bude Ima mandiin mereka langsung pake aqua segalon, hahaha.... mahal bener yah mandinya. Abis dari Parang Tritis kita pulang ke Hotel dan makan nasi goreng yang gak gitu enak saking kebanyakan merica, jadi pedes dan anak-anak cuma makan beberapa sendok. Abis itu yah tidur dan besok pagi sepakat untuk melanjutkan perjalanan ke Semarang tapi mampir dulu ke Solo.

Rabu, 14 Oktober 2009

Tour de Jogjakarta and Central Java Part I - Borobudur dan Mendut




Habis lebaran kemarin Mamah, Kak Icha, Jaja, Pakde Ferdi, Bude Ima, Tante Nopi dan Titi pergi jalan-jalan keliling Jogjakarta dan Jawa Tengah. Alhamdulillah, perjalanannya menyenangkan sekali. Kak Icha dan Jaja sama sekali tidak rewel dan justru enjoy meski perjalanan lewat darat ini cukup lama. Sopirnya pun cuma sendiri, Pakde Ferdi, salut deh... mungkin karena pernah nyetir ke Padang yang berjarak 2000 kilometer jadi nyetir ke Jawa Tengah yang cuma 500 meter yah tidak terlalu terasa.

Sebenarnya Mamah tidak niat ikut jalan-jalan ke Jawa Tengah. Pakde Ferdi yang terlanjur cuti dan Bude Ima mengajak Tante Nopi dan Titi pas hari lebaran pertama dan mereka setuju. Rencana berangkatnya pas subuh lebaran kedua. Tiba-tiba Mamah bertengkar dengan Tante Lia (koq lebaran malah berantem yah?? aneeh). Akhirnya karena suasana tidak enak dan Mamah kepikiran sama anak-anak selama liburan ini mo kemana ya sudah Mamah langsung bilang Pakde dan Bude untuk minta ikut liburan ini.

Pakde dan Bude menjemput Mamah dan anak-anak jam setengah lima, tepat setelah sholat subuh. Kaka Icha dan Jaja dimandiin jam setengah empat pagi dan setelah mandi langsung tertidur kembali. Seumur-umur Mamah baru pertama kali pergi di pagi buta kayak gitu. Biasanya kalo Aek yang mengajak selalu malam hari, selama perjalanan pasti tertidur dan pagi selalu tiba di tempat tujuan, jadi kita sama sekali tidak pernah melihat pemandangan di jalan. Nah, perjalanan kali ini seru banget.

Jam 9 pagi, kita sudah sampai di Brebes mengantarkan orangtuanya Pakde pulang kampung. Dari Brebes jam 11 siang lewat pantai selatan menuju Jogjakarta. Daerah Jawa Tengah itu benar2 indah sekali, kita lewatin Purbalingga yang indah yang bikin Mamah punya rencana untuk pindah ke sana, trus lewat Wonosobo dan mampir makan mie ongklok dan sate sapi Pak Yadi di jalan Ahmad Yani. Tadinya kita mau ke Dieng, tapi sayang, kasian anak-anak yang sudah teler disuruh mendaki, akhirnya lurus terus ke Temanggung menuju Magelang (tadinya sih kita juga mau foto-foto di rumah Mujahri yang ditembakin Densus 88, hehehe...)


Sampai di Magelang sudah malam dan semuanya capek. Ternyata hotel di kota pada penuh semua dan akhirnya dapet juga hotel murah di jalan Tidar, Hotel Jujur. Hotelnya rumah lama gitu, zaman Belanda dan kamar mandinya di luar. Magelang kotanya sejuk dan indah, lumayan betah juga disini meski cuma sehari. Karena rencana ke Magelang ini karena mau ke Borobudur dan Mendut.



Masuk ke Borobudur lumayan mahal juga dan banyak penjual asongan yang wara-wiri yang membuat mata jadi lapar terutama Kak Icha dan Jaja. Bayangkan saja Kak Icha dan Jaja minta dibelikan topi bergambar Dora dan Spiderman padahal mereka saat itu lagi pakai topi.
Kak Icha juga minta dibelikan kalung manik-manik warna merah jambu. Aduuh, pokoknya bikin lapar mata semuanya, apalagi asesori etnik Jogja, batiknya dan aneka macam topi yang lucu. Mamah sendiri aja sampe ngiler. Berhubung modal buat liburan ini minim terpaksa harus banyak mengerem keinginan belanja belanji di Borobudur.

Beruntung sekali waktu kita ke Borobudur ini matahari sedang malas mengeluarkan sinarnya, jadi agak mendung gitu. Kebayang dong batu segede itu yang menyimpan banyak kalor, panas banget pastinya kalo matahari terik. Jadinya gak terlalu capek juga jalan-jalan mengitari Borobudur ini. Dan karena liburan lebaran, pastinya rame banget. Ampun deh, mulai dari parkiran yang super penuh sampe di atas Borobudur juga penuh. Abang Jaja dari sejak masuk area Borobudur sudah melirik kereta mobil yang mengangkut penumpang mengelilingi Borobudur. Awalnya sih Mamah menolak untuk naik, prefer jalan kaki aja (biar irit sekaligus menyehatkan tentunya, hehehe) tapi pas mo balik gak tega juga melihat Abang Jaja ribut nunjuk2 kereta mobil itu. Akhirnya kita naik kereta mobil dan pastinya Abang Jaja teriak kegirangan, heboh sekali.

Keluar dari Borobudur, kita terpisah dari Pakde Ferdi dan Bude Ima karena mereka mau melihat museum dulu, sedangkan Mamah prefer cari makanan buat anak-anak. Kita minum Es Dawet Ayu yang nyegerin banget tenggorokan, trus nyobain batagor Jogja yang super duper aneh rasanya (kayaknya aci goreng plus dikasih bumbu kental maizena dengan sedikit gerusan kacang tanah) tapi Mamah, Icha dan Jaja suka banget (maklum laper banget soalnya, hehehe...) dan diperjalanan menuju Candi Mendut kita makan nasi gudeg ayam kampung.



Di Candi Mendut, kita gak lama-lama secara candinya kecil banget dan harga tiket masuknya juga murah cuma tiga ribu perak. Ada patung Buddha disana yang besar banget dan ada dupa yang dinyalakan. Kak Icha sama Bude Ima ikut menyalakan dupa. Kak Icha tanya kenapa harus menyalakan dupa dan untuk apa? Bude Ima bilang ini hanya untuk menghormati saja karena kita orang Islam.

Di Mendut selain lihat asesoris etnis, aneka wayang kulit, topeng, kerajinan batu, Mamah juga memesan es kelapa muda utuh. Ternyata mahal banget yah, lebih mahal dari Jakarta. Kalo disini cuma lima ribu perak tapi di Jogja malah delapan ribu perak. Tapi dibeli juga akhirnya, soalnya haus banget :-D

Di Candi Mendut ini kita foto-foto di pohon beringin yang banyak sekali dahannya. Kak Icha dan Jaja senang bergelantungan disana. Cuma, anehnya saat foto-foto di dalam Candi Mendut yang ada patung Buddha besarnya pasti selalu gak bisa, ngeblurr dan tidak pernah ada tampak mukanya. Aneh sekaligus serem banget, padahal saat itu menjelang sore, matahari tertutup awan dan kita pake blitz. Diusahakan berkali-kali juga gak bisa padahal kita mau foto sama Sang Buddha disana. Ada apakah gerangan???? -sok bergaya mistis, hehehe...........

Selesai dari Magelang kita menuju Jogjakarta, baca ceritanya di Part II yah :-)

Nakal atau Suka?



Beberapa hari yang lalu, sepulang kerja, Mamah menanyakan Kak Icha bagaimana Kak Icha di sekolah hari ini?  Tiba-tiba dengan suara agak keras dan marah Kak Icha bilang tidak mau sekolah lagi. Mamah kaget, memangnya Kak Icha kenapa gak mau sekolah lagi?

Mengalirnya kemudian cerita dari Kak Icha kalau di kelasnya ada anak laki-laki yang suka usil sama Kak Icha. Suka narikin baju, rambut, dan suka godain Kak Icha. Kak Icha suka marah sama teman cowoknya itu tapi tetap saja diusilin.

Mamah langsung teringat dengan masa kecil, soalnya dulu Mamah suka dibuat kesal sama beberapa temen cowok Mamah. Ada yang suka ngumpetin buku pr, suka ngejekin, rok sekolah Mamah suka diangkat tinggi-tinggi sama mereka, pokoknya bikin kesal hati deh. Tapi akhirnya ternyata beberapa dari mereka bilang suka. Hahaha.... lucu. Si Papah juga pernah cerita kalau dulu Papah dan Oom Ade (Kakak Papah) juga suka ngusilin teman perempuannya, padahal sih maksud hati bukan ngusilin tapi karena suka hanya saja gak tau caranya, hehehe....

Akhirnya, Mamah bilang ke Kak Icha kalo sebenernya temannya dia itu baik dan tidak nakal. Teman Kak Icha itu suka dan mau mengajak Kak Icha main sama-sama. Mamah menyarankan kalo Kak Icha bilang saja ke Ibu Guru kalau teman cowoknya masih usil seperti itu. Kak Icha mengangguk, sepertinya setuju saran Mamah.

Mungkin hal seperti ini menjengkelkan saat masih kecil. Tapi jadi lucu jika mengingatnya saat sudah besar nanti. Hehehe.... (Mamah masih nyengir sendirin)